Berita Terkini
Demam Dracin Makin Parah! Warga Asia Tenggara Kecanduan Drama China hingga Tak Bisa Lepas
/index.php
Saham News - Diposting pada 17 September 2025 Waktu baca 5 menit
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA ditutup melemah 1,25% ke level Rp7.925 pada akhir perdagangan Selasa (16/9/2025). Tercatat sebanyak 129,31 juta saham BBCA berpindah tangan dengan frekuensi transaksi sebanyak 42.089 kali, menghasilkan nilai perdagangan sebesar Rp1,03 triliun.
Saham bank swasta terbesar di Indonesia ini terlihat cenderung terdistribusi. Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) senilai Rp130,92 miliar pada saham BBCA.
Pergerakan saham BCA kembali masuk zona merah meski sempat menghijau selama empat hari berturut-turut pada 10–15 September 2025. Dalam satu bulan terakhir, saham ini terkoreksi 8,91% dan anjlok 12,19% dalam tiga bulan terakhir. Secara kumulatif, investor asing telah melakukan penjualan bersih sebesar Rp16,24 triliun selama periode tiga bulan tersebut. Saat ini kapitalisasi pasar (market cap) BBCA tercatat di Rp976,95 triliun.
Dari sisi valuasi, harga saham BCA tergolong lebih rendah dibandingkan biasanya. Menurut data Stockbit Sekuritas, rasio price to book value (PBV) BBCA berada di level 3,73 kali dan price earning ratio (PER) pada 17,15 kali (TTM). Angka tersebut berada di bawah -2 PBV standard deviation serta -2 PE standard deviation dari rata-rata tiga tahun terakhir, yaitu masing-masing 4,03 kali dan 17,9 kali.
Meski demikian, Bank Central Asia (BBCA) masih menunjukkan kinerja laba bersih yang solid hingga Agustus 2025, dengan kenaikan 8,5% menjadi Rp39,1 triliun, sesuai dengan ekspektasi sejumlah analis. Saham BBCA bahkan mendapat target harga yang cukup tinggi, jauh di atas posisi saat ini.
Berdasarkan riset DBS, laba bersih BBCA per Agustus sudah mencapai 65% dari target sepanjang tahun 2025. Pada periode tersebut, penyaluran kredit tumbuh pesat 9,3%, mendukung pencapaian target pertumbuhan tahunan di kisaran 6–8%.
Selain itu, dana pihak ketiga (DPK) naik 5,2%, ditopang pertumbuhan dana murah (CASA) sebesar 7,2%. Dengan demikian, rasio CASA meningkat menjadi 83,6%, sementara loan to deposit ratio (LDR) naik menjadi 79,4%. “Biaya kredit tetap stabil, mencerminkan kualitas aset yang sehat,” tulis DBS dalam laporan risetnya pada Selasa (16/9/2025).
DBS menilai BCA memiliki margin keuntungan yang kuat, risiko yang terkendali, serta jaringan cabang luas. Saat ini, BCA menjadi satu-satunya bank dalam cakupan riset DBS yang berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih. DBS tetap merekomendasikan buy saham BBCA dengan target harga Rp12.000.
Sumber: investor.id
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.