Kisah Pembantu Nekat Investasi Saham dari Gaji, Tak Disangka Hasilnya Mengejutkan!

Edukasi - Diposting pada 05 November 2025 Waktu baca 5 menit

Pada masa ketika Belanda masih berkuasa di Indonesia, Kongsi Dagang Hindia Belanda (Vereenigde Oost-Indische Compagnie/VOC) menjadi perusahaan pertama yang menawarkan saham kepada publik pada tahun 1602.


Sebagai perusahaan dagang besar yang menguasai perdagangan rempah-rempah — komoditas paling berharga di Eropa kala itu — VOC tidak kesulitan menarik minat para investor. Banyak orang meyakini bahwa VOC akan menjadi perusahaan yang sangat sukses dan memberikan keuntungan besar bagi para pemegang sahamnya.

 

Atas dasar keyakinan tersebut, ketika VOC memutuskan untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO), masyarakat berbondong-bondong mendatangi Bursa Efek Amsterdam.
VOC pun tercatat sebagai perusahaan pertama di dunia yang melakukan kegiatan yang kini dikenal sebagai penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dalam sistem keuangan modern.

 

“Secara keseluruhan, terdapat 1.143 investor yang menanamkan modal awal mereka di VOC di Amsterdam,” tulis Lodewijk Petram dalam bukunya The World’s First Stock Exchange (2011).

 

Dalam regulasi yang berlaku saat itu, setiap investor diperbolehkan menentukan sendiri jumlah investasi yang akan disetor, tanpa ada batas minimum maupun maksimum. Asal-usul investor pun tidak dibatasi — siapa pun, dari kalangan mana pun, berhak berinvestasi di VOC.

 

Akibatnya, bukan hanya para pejabat, bangsawan, atau orang kaya yang membeli saham VOC, tetapi juga masyarakat biasa. Bahkan, seorang asisten rumah tangga (ART) bernama Neeltgen Cornelis tercatat ikut berinvestasi.

 

Ketertarikan Neeltgen untuk menanamkan uangnya di VOC muncul karena majikannya, Dirck van Os, merupakan salah satu Direktur VOC.
Selama masa penawaran saham, rumah van Os sering ramai dikunjungi para investor yang datang untuk mengurus investasi mereka.

 

Perdagangan saham pada masa itu jauh berbeda dengan sistem modern saat ini. Semua transaksi dilakukan secara manual dan dicatat di atas kertas, sehingga wajar bila rumah Dirck van Os dipenuhi para investor. Di tengah keramaian itulah, rasa penasaran Neeltgen tumbuh semakin kuat.

 

Dalam hatinya, Neeltgen sangat ingin ikut berinvestasi karena ia percaya VOC akan membawa keuntungan besar. Namun, di sisi lain, ia sadar bahwa kemampuannya secara finansial sangat terbatas.
Sebagai pembantu, penghasilannya tidak lebih dari lima puluh sen per hari, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena itu, ia terus ragu-ragu dan menunda keinginannya untuk berinvestasi.

 

Hingga akhirnya, pada akhir Agustus, tepat ketika masa penawaran saham VOC hampir ditutup, ia memutuskan untuk mengambil langkah berani.
“Dia berpikir akan menyesal seumur hidup bila tidak ikut berinvestasi sekarang. Maka ia menarik napas panjang dan mengeluarkan seluruh uang tabungannya,” tulis Petram.

 

Dari hasil kerja kerasnya sebagai asisten rumah tangga, Neeltgen berhasil menabung 100 gulden, yang kemudian ia gunakan untuk membeli saham VOC.
Uang itu diserahkan langsung kepada majikannya untuk didaftarkan sebagai investasi.

 

Nama Neeltgen Cornelis pun resmi tercatat sebagai pemegang saham VOC, meski jumlah investasinya jauh lebih kecil dibanding investor besar lainnya.
Saat itu, para pejabat dan direktur VOC menanamkan modal dalam jumlah besar, mulai dari 45.000 hingga 85.000 gulden.

 

Lalu, apakah Neeltgen mendapatkan keuntungan dari saham yang dibelinya?

Menurut Petram, ya — tetapi hanya untuk waktu singkat.
Neeltgen memutuskan menjual seluruh sahamnya pada Oktober 1603, hanya setahun setelah melakukan pembelian, kepada seorang investor bernama Jacques de Pourcq.

 

Padahal, jika ia mempertahankan saham tersebut dalam jangka panjang, uang 100 gulden miliknya bisa berkembang menjadi ribuan gulden.
Bahkan, seperti dijelaskan Petram, para pemegang saham VOC berhak menerima rempah-rempah sebagai bentuk dividen pada masa itu.

 

VOC sendiri kemudian terbukti menjadi perusahaan terbesar di dunia dalam beberapa tahun setelah IPO, berkat keberhasilannya dalam menguasai perdagangan dan penjualan rempah-rempah dari Nusantara.

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.