Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, memberikan tanggapan terkait kritik yang menyasar keputusannya untuk tidak menaikkan tarif cukai rokok pada 2026.

Kritik tersebut menuding Purbaya lebih memprioritaskan pertumbuhan ekonomi ketimbang kesehatan masyarakat.

“Kalau masalah kesehatan bisa menciptakan lapangan kerja sebanyak yang hilang akibat industri tutup, kebijakan bisa langsung diubah,” ujarnya dikutip Rabu (1/10).

Purbaya menegaskan bahwa pemerintah tetap mendorong edukasi bagi masyarakat agar mengurangi konsumsi rokok, namun pendekatan ini harus dilakukan secara bertahap.

Ia menekankan bahwa keseimbangan antara kesehatan publik, perekonomian, dan kelangsungan pekerjaan menjadi landasan utama setiap keputusan terkait cukai.

Purbaya juga mengakui bahwa setiap kebijakan pasti memunculkan pro dan kontra, tetapi pemerintah tetap fokus pada langkah yang dianggap paling menguntungkan bagi ekonomi dan masyarakat.

“Biarin saja, ada yang suka, ada yang tidak. Setiap kebijakan memang menimbulkan pendapat pro dan kontra,” kata Purbaya.

Ia menambahkan bahwa keputusan tidak menaikkan cukai rokok diambil untuk menjaga agar industri rokok tetap bertahan, sekaligus mencegah masuknya produk ilegal yang bisa menguasai pasar.

Selain mempertimbangkan aspek kesehatan, Purbaya menegaskan bahwa kebijakan fiskal juga harus memperhitungkan keberlangsungan lapangan kerja yang bergantung pada industri rokok.

“Alasannya sudah jelas. Saya tidak ingin industri rokok tutup,” ujarnya.

Keputusan Menkeu Purbaya tersebut menuai kritik dari berbagai kalangan, yang menilai pemerintah kurang tegas terhadap industri rokok dan justru melemahkan upaya pengendalian konsumsi rokok di Indonesia.