Berita Terkini
Demam Dracin Makin Parah! Warga Asia Tenggara Kecanduan Drama China hingga Tak Bisa Lepas
/index.php
Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 22 August 2024 Waktu baca 5 menit
DIGIVESTASI - Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa sektor perbankan di Indonesia menerima tambahan likuiditas sebesar Rp 255 triliun melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), dengan mayoritas keuntungan dinikmati oleh bank-bank pelat merah. Deputi Gubernur BI, Juda Agung, mengungkapkan bahwa bank BUMN memperoleh insentif KLM sebesar Rp 117 triliun, sementara bank swasta mendapatkan Rp 109 triliun.
Selain itu, bank pembangunan daerah (BPD) menerima likuiditas sebesar Rp 24 triliun, dan bank asing menerima Rp 3,69 triliun. "Ke depan, kami akan terus mendorong dan mengevaluasi kebijakan ini, terutama terkait sektor-sektor yang menjadi prioritas," ujar Juda dalam konferensi pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Agustus 2024, Rabu (21/8/2024).
Juda menjelaskan bahwa suntikan likuiditas ini menjadi salah satu faktor utama yang menjaga pertumbuhan kredit tetap berada pada level dua digit sepanjang tahun ini.
Sebagai informasi, insentif likuiditas ini diberikan kepada bank yang aktif menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas seperti hilirisasi mineral dan batu bara, pertanian, perkebunan, pariwisata, perumahan, UMKM, ultramikro, dan keuangan hijau.
Berdasarkan data BI, pertumbuhan kredit per Juli 2024 tercatat mencapai 12,4% secara tahunan (yoy), didukung oleh permintaan yang kuat dari sektor korporasi. Pada periode yang sama, permintaan kredit rumah tangga juga menunjukkan peningkatan, terutama kredit kepemilikan rumah (KPR).
Secara sektoral, pertumbuhan kredit tinggi terlihat di sebagian besar sektor ekonomi, termasuk sektor industri listrik, gas, air, dan pengangkutan.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh investasi yang tumbuh sebesar 15,2% yoy, modal kerja 11,6% yoy, dan konsumsi 10,98% yoy.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, juga menyampaikan bahwa pembiayaan dari bank syariah tumbuh di bawah rata-rata industri, yaitu sebesar 11,75% yoy. Sementara itu, kredit UMKM belum menunjukkan penguatan signifikan, dengan pertumbuhan hanya 5,16% yoy.
Adapun rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross per Juli 2024 tercatat sebesar 2,26%, dan NPL nett berada di level 0,78%.
"Ke depan, BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan KSSK dan OJK dalam upaya mitigasi risiko yang dapat mengancam stabilitas sistem keuangan," tegasnya.
Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita
Sumber: cnbcindonesia.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.