1.700 Bank Dunia Tinggalkan Dolar AS, Beralih ke Yuan China - Era Baru Dimulai?

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 16 September 2025 Waktu baca 5 menit

Lebih dari 1.700 bank di berbagai belahan dunia kini menggunakan yuan melalui Cross-Border Interbank Payment System (CIPS) yang dikelola oleh China. Fenomena ini dianggap sebagai sinyal kuat semakin berkurangnya dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional.

 

Berdasarkan data dari The Economist, CIPS pada tahun 2024 mencatat transaksi lintas batas sebesar 175 triliun yuan atau setara Rp402.325 triliun, meningkat 43% dibandingkan tahun 2023. Jaringan ini kini mencakup peserta dari Turki, Mauritius, Uni Emirat Arab (UEA), serta terus memperluas jangkauannya hingga ke kawasan Afrika dan Timur Tengah.

 

“Yuan menyentuh level tertinggi sejak terpilihnya kembali Trump. Investor global dan sejumlah pemerintah kini mencari alternatif selain dolar,” tulis laporan tersebut, Selasa (16/9/2025).

 

Kenaikan yuan ini terjadi di tengah pelemahan dolar AS. Sejak Januari, mata uang AS turun 7%, menandai awal tahun terburuk sejak 1973. Faktor yang mendorong penurunan tersebut antara lain kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump yang tidak konsisten, defisit fiskal yang semakin besar, serta ancaman terhadap independensi The Federal Reserve.

 

Tidak seperti SWIFT yang sebagian besar berbasis dolar, CIPS memungkinkan transaksi diselesaikan langsung menggunakan yuan. Hal ini memberi kesempatan bagi eksportir, produsen, dan mitra dagang China untuk bertransaksi tanpa bergantung pada dolar.

 

Han Kwee Juan, Kepala Institutional Banking Group DBS, mengonfirmasi tren ini. Ia menyebut semakin banyak eksportir asal China yang menginginkan pembayaran dilakukan dalam yuan.

 

“Sekarang kita lihat para eksportir China mulai mengatakan: saya akan menjual dengan denominasi RMB, jadi selesaikan dalam RMB,” ujarnya kepada Reuters. “Saya percaya tren ini akan terus berlanjut seiring perdagangan mereka semakin meluas ke luar pasar AS.”

 

Pergerseran ini juga sejalan dengan langkah negara-negara anggota BRICS yang memperbesar cadangan emas, menguji coba pembayaran dengan mata uang lokal, hingga membicarakan kerangka keuangan baru yang tidak bergantung pada pasar obligasi AS.

 

Para analis memperingatkan, apabila tren ini terus berlanjut, permintaan global terhadap dolar dapat menurun tajam dan berpotensi menimbulkan tekanan inflasi di Amerika Serikat. Sementara itu, bagi perekonomian global, berkembangnya CIPS mencerminkan pergeseran cepat pusat kekuatan finansial dunia menuju Asia, sekaligus memperkuat posisi yuan sebagai salah satu pilar utama dalam sistem moneter internasional.

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.