Berita Terkini
Demam Dracin Makin Parah! Warga Asia Tenggara Kecanduan Drama China hingga Tak Bisa Lepas
/index.php
Berita Terkini - Diposting pada 12 September 2025 Waktu baca 5 menit
Kerusuhan berdarah pecah di Nepal setelah aksi demonstrasi berujung anarkis. Massa yang marah membakar gedung pemerintah, rumah para politisi, hingga menyerang sejumlah menteri.
Mengutip laporan Al-Jazeera, Rabu (10/9/2025), para demonstran dilaporkan membakar fasilitas pemerintahan serta kediaman para politikus. Menurut kesaksian warga, massa juga menyalakan api dari ban bekas, melempari batu, serta membakar rumah milik beberapa pejabat politik.
Media setempat menyebutkan bahwa helikopter militer dikerahkan untuk mengevakuasi para menteri dari kediaman mereka yang dikepung massa. Tidak hanya itu, para pengunjuk rasa juga masuk ke rumah Perdana Menteri dan membakar kompleks pemerintahan Singha Durbar, yang menaungi Gedung Parlemen serta sejumlah kementerian utama.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan mantan Perdana Menteri Nepal, Sher Bahadur Deuba, bersama istrinya yang juga menjabat Menteri Luar Negeri, Arzu Rana, serta Menteri Keuangan Bishnu Paudel, menjadi sasaran amukan massa. Dalam rekaman yang dilaporkan NDTV dan Times of India, tampak Menkeu Bishnu Paudel berlari di jalanan untuk menyelamatkan diri dari serangan demonstran.
Kepala HAM PBB, Volker Turk, mengaku terkejut atas aksi kekerasan tersebut dan menyerukan dialog damai. Sementara itu, Reporters Without Borders (RSF) melaporkan kantor pusat Kantipur Media Group turut dibakar. RSF meminta massa agar tidak menjadikan jurnalis sebagai target serangan.
Bandara Kathmandu tetap beroperasi, meski beberapa penerbangan dibatalkan karena asap dari kebakaran menurunkan jarak pandang, menurut juru bicara bandara, Rinji Sherpa.
Perdana Menteri Nepal, KP Sharma Oli, mengumumkan pengunduran dirinya setelah gelombang protes menentang larangan media sosial menewaskan 19 orang dan melukai lebih dari 100 orang.
“Dengan mempertimbangkan kondisi sulit yang dihadapi negara, saya mengundurkan diri efektif mulai hari ini, untuk memfasilitasi penyelesaian masalah dan mendorong solusi politik sesuai dengan konstitusi,” tulis Oli dalam surat resmi kepada Presiden Nepal, Ramchandra Paudel, pada Selasa (9/9).
Aksi protes dipicu oleh turunnya Generasi Z ke jalan setelah pemerintah memblokir sejumlah platform, termasuk Facebook dan YouTube, dengan alasan perusahaan-perusahaan itu tidak terdaftar serta tidak berada di bawah pengawasan pemerintah. Demonstrasi kemudian meluas, mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan. Para pemuda khususnya marah karena anak-anak pejabat, yang dikenal dengan istilah "anak nepo", terlihat hidup glamor dengan berbagai privilese, sementara mayoritas generasi muda di Nepal justru kesulitan memperoleh pekerjaan.
Sumber: detik.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.