Generasi Milenial Terjebak Utang Paylater: Ini Alasan Ekonom di Baliknya

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 26 August 2024 Waktu baca 5 menit

DIGIVESTASI - Ekonom menjelaskan beberapa alasan mengapa kelompok usia 31-40 tahun rentan terhadap kredit macet dalam skema pembiayaan "buy now, pay later" (BNPL) atau paylater. Salah satu faktor yang menyebabkan generasi milenial dalam rentang usia ini terjerat paylater adalah beban tanggungan hidup yang besar. Direktur Ekonomi Digital dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengungkapkan bahwa pada usia 31-40 tahun, banyak orang sudah memasuki fase kehidupan yang melibatkan pernikahan atau hidup dengan pasangan dan memiliki anak. Dalam situasi ini, beban finansial yang mereka tanggung cenderung meningkat, sehingga mereka kesulitan membayar tagihan paylater.

 

"Dengan kebutuhan yang lebih banyak, kemampuan untuk membayar utang BNPL menjadi lebih sulit karena dana yang seharusnya digunakan untuk membayar utang digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan hidup," ujar Huda dalam wawancara dengan Bisnis pada Minggu (25/4/2024). Menurut Huda, kunci untuk memperbaiki non-performing loan (NPL) pada skema BNPL adalah dengan meningkatkan kualitas credit scoring saat pengajuan BNPL. Yang terpenting, katanya, adalah menganalisis biaya hidup calon peminjam dan membandingkannya dengan penghasilan mereka.

 

"Dengan demikian, kita bisa mengetahui kemampuan pembayaran calon peminjam. Ini memerlukan integrasi antara data perbankan dan data alternatif," tambahnya. Sebelumnya, PT Pefindo Biro Kredit atau IdScore melaporkan bahwa kredit BNPL mencapai Rp1,42 triliun pada Juni 2024, dengan penyumbang terbesar terhadap kredit macet berasal dari kelompok usia 31-40 tahun, yang mencapai Rp540 miliar.

 

"Kelompok usia >30-40 tahun merupakan penyumbang tertinggi kredit macet, sebesar 38,03%, diikuti oleh kelompok >20-30 tahun dengan 31,7% [Rp450 miliar]," kata Direktur Utama IdScore, Yohanes Arts Abimanyu, dalam wawancara dengan Bisnis pada Minggu (25/8/2024). Selanjutnya, kelompok usia 41-50 tahun menyumbang kredit macet sebesar Rp300 miliar. Sementara itu, kelompok usia di bawah 20 tahun hingga 20 tahun mencatat kredit macet sebesar Rp40 miliar, dan kelompok usia 51-55 tahun sebesar Rp50 miliar. Usia di atas 55 tahun menyumbang kredit macet sebesar Rp40 miliar.

 

Total portofolio pinjaman kredit BNPL tercatat mencapai Rp30,14 triliun per Juni 2024, meningkat 19,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada periode yang sama. Pengguna BNPL terbanyak berada di rentang usia 21-30 tahun, dengan total 6,9 juta debitur. "Sebaran pengguna BNPL terbesar, yakni 48,06%, berada di rentang usia >20-30 tahun, diikuti oleh usia >30-40 tahun sebesar 29,3%," ujar Abimanyu. Kelompok usia 31-40 tahun tercatat memiliki 4,2 juta debitur, sementara kelompok usia 41-50 tahun mencapai 1,8 juta debitur. Pengguna di bawah 20 tahun berjumlah sekitar 866.200 debitur.

Sumber: bisnis.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.