Elon Musk Akan Ubah Satelit Starlink Jadi Pusat Data di Luar Angkasa! Revolusi Internet Dimulai

Investasi Digital - Diposting pada 05 November 2025 Waktu baca 5 menit

Satelit Starlink milik SpaceX selama ini dikenal luas sebagai penyedia layanan internet berkecepatan sangat tinggi. Namun, CEO SpaceX, Elon Musk, mengisyaratkan bahwa konstelasi satelit Starlink juga berpotensi difungsikan sebagai pusat data yang beroperasi di orbit luar angkasa.

 

Membangun jaringan pusat data yang beroperasi di ruang angkasa tentu bukan hal yang mudah. Meski demikian, Musk menyebut bahwa SpaceX telah memiliki dasar yang kuat untuk mewujudkan hal tersebut melalui satelit Starlink V3 generasi terbaru.

 

Hanya dengan memperbesar skala satelit Starlink V3, yang sudah memiliki koneksi laser berkecepatan tinggi, hal ini bisa dilakukan,” ujar Musk dalam unggahannya di Twitter/X, sebagaimana dikutip dari ArsTechnica, Senin (3/11/2025).
SpaceX akan melaksanakan hal ini,” tambahnya.

 

Saat ini, SpaceX masih mengoperasikan satelit Starlink V2 yang memiliki kapasitas downlink maksimum hingga 100 Gbps. Sementara itu, Starlink V3 disebut-sebut akan memiliki kapasitas 10 kali lebih besar, yakni mencapai 1 Tbps.

 

Perusahaan berencana untuk meluncurkan puluhan satelit Starlink V3 dengan menggunakan roket Starship. Mengingat roket Starship masih dalam tahap uji coba, peluncuran perdana satelit Starlink V3 kemungkinan baru akan dilakukan pada paruh pertama tahun 2026.

 

Berdasarkan dokumen internal SpaceX, setiap satelit Starlink V3 memiliki berat sekitar 2.000 kilogram, hampir empat kali lebih berat dibandingkan satelit Starlink V2 Mini. Dalam cuitannya, Musk juga mengindikasikan bahwa ukuran satelit V3 akan lebih besar lagi agar dapat menampung kemampuan komputasi canggih yang dibutuhkan.

 

Gagasan pembangunan pusat data di luar angkasa menimbulkan perdebatan di kalangan publik. Pihak yang mendukung menilai konsep ini memiliki banyak keuntungan, seperti sumber daya energi tak terbatas dari sinar Matahari, serta minim dampak negatif terhadap lingkungan, berbeda dengan pusat data yang berada di Bumi.

 

Namun, pihak yang menentang menilai bahwa proyek semacam ini tidak efisien secara ekonomi, dan para pendukungnya terlalu meremehkan tantangan teknologi yang harus dihadapi untuk mewujudkan pusat data orbit luar angkasa.

 

Sejumlah perusahaan lain juga mulai mengembangkan proyek pusat data berbasis ruang angkasa guna mendukung infrastruktur kecerdasan buatan (AI). Salah satunya adalah startup Starcloud, yang berencana meluncurkan satelit uji coba yang membawa GPU Nvidia H100 untuk melatih sistem AI.

 

Pada Mei lalu, mantan CEO Google Eric Schmidt telah mengakuisisi startup Relativity Space karena tertarik untuk mengembangkan pusat data di luar angkasa. Tak lama kemudian, pendiri Amazon Jeff Bezos juga memperkirakan bahwa pusat data orbit luar angkasa akan mulai dibangun dalam kurun waktu 10 hingga 20 tahun ke depan.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.