Berita Terkini
Demam Dracin Makin Parah! Warga Asia Tenggara Kecanduan Drama China hingga Tak Bisa Lepas
/index.php
Berita Terkini - Diposting pada 06 November 2025 Waktu baca 5 menit
Keinginan untuk mendapatkan pengakuan atau validasi dari orang lain adalah hal yang wajar dan manusiawi. Namun, ketika dorongan tersebut menjadi berlebihan hingga seseorang merasa tidak pernah cukup tanpa adanya pujian dari luar, hal ini dapat memberikan dampak negatif terhadap kondisi kesehatan mentalnya.
Menurut Shahida Arabi, MA, penulis buku “The Highly Sensitive Person’s Guide to Toxic People” sekaligus peneliti di Harvard University, kebutuhan akan validasi merupakan bagian alami dari interaksi sosial manusia. Meskipun demikian, ketergantungan yang terlalu besar terhadap pengakuan eksternal dapat mengikis rasa percaya diri seseorang dan pada akhirnya memengaruhi kesejahteraan psikologisnya.
Arabi menjelaskan bahwa sumber kebutuhan validasi dapat berasal dari dua arah, yaitu internal dan eksternal. Validasi internal muncul ketika seseorang mampu menghargai pencapaian, perasaan, serta kekuatan dirinya sendiri.
“Sementara itu, validasi eksternal berasal dari lingkungan sekitar seperti teman, pasangan, atau rekan kerja yang memberikan pengakuan atau pujian,” ungkapnya seperti dikutip dari Psych Central di Jakarta, Kamis (6/11/2025).
Masalah mulai muncul ketika seseorang terlalu menggantungkan nilai dirinya pada validasi eksternal. Kondisi seperti ini sering kali berakar dari pengalaman masa kecil, misalnya karena kurang mendapat perhatian emosional atau justru terbiasa menerima pujian yang berlebihan.
Sebuah penelitian pada 2016 menunjukkan bahwa anak-anak yang memperoleh validasi emosional yang sehat dari orang tua lebih mampu memahami serta mengendalikan emosinya. Sebaliknya, anak yang tumbuh tanpa dukungan emosional rentan mengalami kesulitan mempercayai orang lain, memiliki kecemasan berlebih, takut penolakan, atau menunjukkan perilaku yang tidak stabil.
Penelitian lain pada 2015 menemukan bahwa anak-anak yang terlalu sering dipuji justru berpotensi mengembangkan sifat narsistik, seperti merasa selalu benar dan ingin terus diakui. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat terbawa hingga dewasa dan memengaruhi hubungan sosial maupun perkembangan karier.
Kecenderungan terhadap kebutuhan validasi yang berlebihan dapat dikenali melalui beberapa tanda berikut:
Sering merasa bersalah ketika menolak permintaan orang lain.
Berusaha berprestasi semata-mata demi mendapatkan pujian.
Kesulitan mengambil keputusan tanpa adanya pendapat dari orang lain.
Takut ditinggalkan apabila memiliki pandangan yang berbeda.
Merasa rendah diri ketika tidak menjadi pusat perhatian.
Sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan merasa hidup orang lain lebih baik.
Sumber: cnbcindonesia.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.