Berita Terkini
Demam Dracin Makin Parah! Warga Asia Tenggara Kecanduan Drama China hingga Tak Bisa Lepas
/index.php
Crypto News - Diposting pada 06 November 2025 Waktu baca 5 menit
Analisis terbaru yang dirilis oleh CryptoQuant menunjukkan bahwa harga Bitcoin (BTC) berpotensi mengalami penurunan lebih dalam hingga menyentuh kisaran US$72.000 dalam satu hingga dua bulan mendatang apabila gagal mempertahankan level psikologis US$100.000.
Menurut laporan The Block pada Selasa (4/11/2025), Julio Moreno, selaku Head of Research CryptoQuant, menjelaskan bahwa tekanan jual masih mendominasi pasar kripto setelah terjadinya likuidasi besar-besaran pada 10 Oktober, yang menjadi salah satu peristiwa paling signifikan dalam sejarah perdagangan aset digital.
“Apabila harga tidak mampu bertahan di sekitar area US$100.000 dan kembali menembus ke bawah, maka risiko koreksi menuju US$72.000 dalam rentang waktu satu hingga dua bulan ke depan akan semakin besar,” terang Moreno.
Pada Rabu (5/11/2025), harga Bitcoin sempat turun di bawah US$100.000 untuk pertama kalinya sejak Juni, sebelum mengalami rebound tipis dan bergerak di kisaran US$101.000 saat laporan ini ditulis. Penurunan tersebut turut menyeret pasar kripto secara keseluruhan, dengan kapitalisasi pasar global turun sekitar 3% menjadi US$3,38 triliun.
Moreno menambahkan bahwa tren pelemahan ini menggambarkan menurunnya permintaan pasar spot terhadap Bitcoin sejak peristiwa likuidasi besar itu terjadi.
“Sejak kejadian tersebut, permintaan Bitcoin spot terus melemah. Di Amerika Serikat, investor juga menunjukkan minat yang lebih rendah, terlihat dari arus keluar ETF yang negatif serta premi harga negatif di Coinbase,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa Indeks Bull Score CryptoQuant saat ini berada di level 20, yang menandakan bahwa kondisi pasar masih berada dalam zona bearish ekstrem sejak awal Oktober.
Penurunan harga Bitcoin juga dipengaruhi oleh meningkatnya kekhawatiran makroekonomi global, terutama terkait arah kebijakan suku bunga dan kondisi ekonomi Amerika Serikat.
Menurut Gerry O’Shea, Head of Global Market Insights di Hashdex, sejumlah faktor seperti potensi penundaan pemangkasan suku bunga oleh The Fed, kekhawatiran atas kebijakan tarif perdagangan, serta kondisi pasar kredit dan valuasi saham turut memperburuk sentimen risiko baik di pasar kripto maupun di aset keuangan lainnya.
“Bitcoin juga terpengaruh oleh aksi jual dari para pemegang jangka panjang, yang merupakan fenomena alami seiring meningkatnya kematangan aset ini serta kenaikan harga dalam jangka panjang,” ujar O’Shea.
Meskipun level US$100.000 dianggap penting secara psikologis, O’Shea menegaskan bahwa penurunan harga ini tidak mengubah prospek jangka panjang Bitcoin.
“Arus masuk ke ETF dan tingkat adopsi institusional tetap kuat. Banyak lembaga keuangan tradisional terus mengembangkan infrastruktur dan produk berbasis aset digital,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa faktor struktural, seperti potensi peningkatan likuiditas global setelah berakhirnya kebijakan quantitative tightening (QT) oleh The Fed, dapat menjadi katalis positif bagi Bitcoin.
“Kombinasi dari faktor-faktor tersebut mendukung pandangan kami bahwa Bitcoin masih memiliki peluang untuk mencetak rekor tertinggi baru dalam beberapa bulan mendatang,” pungkas O’Shea.
Sumber: coinvestasi.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.